Batman Begins - Help Select

Rabu, 08 Januari 2014

KENYAMANAN THERMAL DAN VISUAL SUATU BANGUN

 KENYAMANAN THERMAL DAN VISUAL

    
Kenyamanan suatu bangunan dapat dikategorikan dalam kenyamanan suhu/penghawaan/ thermal, visual/penglihatan dan akustik/ kenyamanan suara. Namun kenyamanan sendiri lebih bersifat subjektif, tingkat kenyamanan setiap individu berbeda tergantung dengan kondisi fisik (jenis kelamin, usia, bentuk tubuh, warna kulit, kesehatan, makanan minuman serta kemampuan beradapatasi ) dan kondisi tempat tinggal/ lingkungan.
      Manusia diberikan kemampuan untuk beradapatasi terhadap keadaan alam/ lingkungan alami, namun tetap memilki keterbatasan sehingga tetap memerlukan alat bantu berupa pakaian, dan lingkungan binaan/ bangunan. Sehingga bentuk adaptasi manusia diberbagai tempat berbeda-beda bergantung dengan keadaan lingkungan. Meski seperti itu, terdapat standart kenyamanan manusia, karena kondisi fisik manusia diberbagai belahan dunia tidak jauh berbeda. Tidak seperti hewan yang memiliki perbedaan fisik yang amat berbeda dalam menanggapi keadaan lingkungan sekitarnya, seperti ikan dengan sisik dan lendirnya, beruang kutub dengan bulu-bulunya dll.

Untuk mengetahui standart kenyamanan manusia dalam hal thermal, visual dan akustik perlu memahami terlebih dahulu karakteristik masing-masing factor tersebut. Karakteristik tersebut sebagai berikut :
A. Kenyamanan thermal
      Manusia memilki keterbatasan dalam menanggapi iklim dan kalor. Agar mampu mempertahankan keadaan fisik/ kesehatan dan daya kerjanya, lingkungan buatan harus mampu memberikan kenyamanan tertentu yang berkaitan dengan iklim dan kalor (kenyamanan Thermal). Secara lebih terperinci kenyamanan thermal berhubungan dengan suhu, kelembaban, pergerakan udara dan radiasi matahari. Berdasarkan buku ilmu fisika bangunan karya Heinz Frick penjelasannya sebagai berikut :
a. Suhu udara
     suhu udara erat kaitannya dengan kalor. Kalor sendiri adalah perpindahan tenaga panas akibat perbedaan suhu dan dialirkan dari benda yang lebih panas menuju benda yang lebih dingin.
Suhu udara dibedakan menjadi dua macam, suhu udara biasa (air temperature ) dan suhu udara rata-rata (mean radiant temperature / MRT). MRT adalah suhu rata-rata yang dikeluarkan permukaan bidang disekitar seseorang. MRT dapat mempengaruhi panas seseorang hingga 66%. Apabila perbedaan antara MRT dan air temperature lebih dari 5º C maka akan sulit untuk mencapai kenyamanan thermal.
     Manusia dikatakan nyaman apabila suhu tubuhnya sekitar 37%. Bertambahnya suhu tubuh seseorang menunjukan ia sedang sakit, perubahan suhu hingga naik 5ºC atau turun hingga 2ºC dapat menyebabkan kematian . Namun tubuh manusia memilki kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan tubuhnya dengan cara membuang kalor keluar dari tubuh seperti berkeringat.
Selain itu terdapat cara lain untuk membantu manusia mempetahankan suhu tubuhnya. Misalnya dengan pakaian yang tebal saat berada didaerah dingin agar kalor dalam tubuh tidak banyak terbuang. Bisa juga dengan menyiasati bangunan sedemikian rupa agar bisa membantu manusia mempertahankan suhu tubuhnya, misalnya pemakaian ventilasi, bukaan dan AC untuk menghsilkan sirkulasi udara yang membuat manusia tetap dingin.

b. Kelembaban udara
     Kelembaban udara adalah kandungan uap air dalam udara. Kelembaban udara yang tinggi mengganggu pelepasan kalor / penguapan pada permukaan kulit manusia. sehingga perlu adanya pergerakan udara untuk membantu penguapan. Kasus seperti ini banyak terjadi didaerah Indonesia yang beriklim tropis lembab.
Apabila kelembaban udara terlalu rendah membuat manusia menderit efek keringnya udara seperti selaput lender mongering, batuk rejan, radang mata dll). Karena itu, untuk memberikan kenyamanan pada manusia di dearah dengan kelembaban tinggi adalah memberikan sirkulasi udara yang baik.
c. Pergerakan udara (angin)
     Pergerakan udara membantu penguapan kalor pada permukaan kulit manusia. apabila penguapan tergganggu, kalor dalam tubuh menusia tidak dapat keluar yang membuat suhu tubuh manusia bertambah dan menjadi tidak nyaman, bahkan bisa menyebabkan sakit hingga kematian. Pergerakan udara (angin) yang menyapu permukaan kulit menghilangkan uap air berlebih yang menghambat penguapan. Karena itu perlu adanya sirkulasi udara yang baik untuk membantu penguapan.
d. Radisai matahari
     Panas yang ditimbulkan dari lingkungan diluar tubuh mempengaruhi suhu tubuh manusia. Berdasarkan hukum kalor, tenaga panas berpindah dari benda yang lebih panas menuju benda yang lebih dingin. Begitu pula tenaga panas dari matahari. Radiasinya mengalir menuju tubuh manusia, untuk menyeimbangkannya, tubuh manusia melakukan penguapan lebih dengan berkeringat. Namun tubuh manusia memiliki keterbatasan, apabila kalor terus menerus dikeluarkan, tubuh kita kekurangan cairan yang menyebabkan Hipotermia yang bisa berujung pada kematian.
Karena hal diatas, perlu adanya langah untuk menyiasatinya. Misalnya memakai penutup untuk menghindari radisai langsung matahari. Hal ini juga berlaku untuk bangunan sebagai tempat manusia beraktifitas.

    Untuk mendapatkan kenyamanan thermal, perlu adanya penghawaan yang bagus. Sekarang ini AC menjadi pilihan untuk mendapatkan penghawaan yang bagus. Namun sebenarnya AC memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan luar, karena itu lebih bijak untuk memakai penghawaan alami.
Prinsip dasar penghawaan alami adalah udara mengalir dari tempat bertekanan tingi menuju tempat bertekanan rendah. Tekanan udara dapat dimanipulasi dengan mengatur lokasi dan ukuran bukaan. Jika tekanan udara rendah, maka bukaan jalan keluar dapat diperbesar.

    Beberapa penerapan pada bangunan untuk mendapatkan penghawaan alami :
i. Ventilasi cukup, membuat bukaan rumah seperti jendela, pintu, dan lubang udara dengan memperhatikan ukuran dan letak. Sebaiknya jendela berukuran besar dan mengikuti aliran udara. Sebaiknya bukaan tidak menghadap langsung kearah matahari, lebih tepat berada disisi utara dan selatan sehingga sirkulasi lancar.(majalah idea edisi 63/VI/2009).
ii. Peninggian plafon hingga 3,15 m dapat membantu menurunkan suhu ruangan maksimal 0,15 º C. (mendesain rumah tropis , Bona Yudha Prasetya).
iii. Pemilihan material, misalnya dinding bambu membuat angin bisa melewati celah-celah antar bambu dll. Penggunaan sunscreen juga membantu penghawaan alami
iv. Menanam vegetasi atau membuat taman. Vegetasi yang disusun melebar dapat berfungsi sebagai pengarah dan menurunkan kecepatan angin dan suhu udara 1,2-1,8 ºC.

B. Kenyamanan Visual
   Manusia juga tidak akan terlepas dari yang namanya cahaya. cahaya berfungsi untuk mengenali lingkungan dan menjamin aktifitas penghuninya. Pencahayaan berhubungan dengan penglihatan manusia yang tentu juga mempengaruhi kondisi psikis manusia (berhubungan dengan kuat lemahnya cahaya). Efek pencahayaan bisa memberikan dramatisasi suasana, misalnya menenangkan, menyejukkan, suram dll. Pencahayaan juga berpengaruh pada kesehatan manusia, karena manusia memiliki keterbatasan dalam penghlihatan seperti jarak pandang, gelap terang (manusia sulit melihat dalam kegelapan) dll.
    Pencahayaan erat kaitannya dengan sumber enegi terbesar bumi , Matahari yang memancarkan cahaya dan radisai. Tidak semua unsur yang dibawa sinar matahari berguna bagi manusia. adapun unsur yang harus dihindari adalah infra merah. Jadi perlu ada penerapan khusus untuk merespon sinar matahari.
Berdasarkan buku ilmu fisika karangan Heinz Frick dkk, yang harus diperhatikan pada pencahayaan alami ( sinar matahari ) adalah :
v. Bukaan dari atas atau pada atap dan dari samping melalui dinding. Untuk membuat bukaan ini harus diperhatikan fungsi bangunan dan bentuk Bangunan. Pemilihan material juga berpengaruh terhadap bukaan untuk pencahayaan alami.
vi. Perlindungan terhadap silau matahari dan langit
Intensitas cahaya matahari pada umumnya memberikan cahaya yang belebih pada ruangan. Kondisi yang terlalu kuat mengakibatkan silau. Sialu mengganggu kenyamanan karena bisa melelahkan mata. Prinsip perlindungan dari cahaya matahari adalah menyaring atau membuat bayangan. Perlindungan itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu perlindungan tetap seperti membuat kanopi, selasar atau memakai kaca berwarna berlapis yang memiliki kemampuan menyerap atau memantulkan cahaya matahari.
Yang kedua adalah perlindungan tidak tetap, ini adalah penyelesaian yang paling tepat untuk disesuaikan dengan keadaan iklim atau arah matahari. Contohya adalah jendela krepyak, kerai rusuk bergerak, atau konstruksi lamel.

vii. Yang harus diperhatikan berikutnya adalah intesitas cahaya yang disesuaikan dengan pembebanan pada mata oleh aktifitas pelaku dalam bangunan. Misalnya kerja halus sekali seperti menggambar, menjahit kain warna gelap membutuhkan intensita cahaya 300 lux, kerja sedang seperti pekerjaan kayu dan perakitan otomotif memerlukan intensitas 80 Lux dll.
Yang berikutnya adalah pencahayaan buatan atau pemakaian lampu. Karena pencahayaan alami dari matahari tidak berlangsung seterusnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemakian lampu adalah :
viii. Produksi cahayanya
ix. Pengendalian cahayanya
x. Pemanfaatan cahayanya.
Selain dari pencahayaan, kenyamanan visual juga berhubungan dengan warna. Perbedaan warna bisa menciptakan dramatisasi suasanu yang berbeda pula. Misalnya untuk menciptakan suasana hangat bisa memakai warna pink, oranye atau emas. Untuk suasana sejuk bisa memakai warna dengan tingkat iluminasi sedang warna biru, violet.

C. Kenyamanan akustik
      Factor berikutnya yang mempengaruhi kenyamanan seseorang dalam suatu bangunan berkaitan dengan bunyi atau kenyamanan akustik. Bunyi sendiri adalah sensasi akibat getaran suatu benda yang menimbulkan gesekan dengan zat disekitarnya yang diterima oleh telinga.
Kondisi lingkungan dalam masyarakat industry kontemporer sekarang ini sangat berpengaruh dengan kenyamanan akustik, dengan semakin padatnya lalu lintas serta pemukiman, volume kebisinganpun meningkat, terlebih didaerah perkotaan. Hal ini sangat mempengaruhi kenyamanan akustik.
Batasan rasa sakit pada telinga menusia terletak pada 130dB. Pada tingkat kebisingan 180dB manusia bisa meninggal dunia akibat kejutan. Perlu diketahui juga bahwa hampir semua kerusakan pada pancaindra dapat diperbaiki/dioperasi kecuali pekak labang dan tuli. Kebisingan juga mengganggu kemampuan belajar terutama kemampuan bahasa. Karena itu perlu adanya respon khusus terhadap kebisingan.
      Penyebaran bunyi pada bangunan ditentukan oleh elemen pembatas ruangan. Apakah memilkik karakteristik memantulkan, menyerap atau mentransmisikan bunyi. Karakter ini menentukan kualitas bunyi suatu ruangan.
Tekanan bunyi atau kebisingan yang mengganggu dari luar ruangan bisa berasal dari suara motor, mobil, pesawat , keramaian lalu lintas dll. Sedangakn gangguan kenyamanan yang berasal dari dalam ruangan bisa disebabkan oleh pantulan berupa gema, dengung dll.
Penaggulangan kebisingan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Penagaturan konstruksi lantai, dinding, dan langit-langit dengan pemilihan bahan yang memadai. Misalnya menghilangkan lubang-lubang pada atap yang bisa mentranmisikan bunyi dari luar.
2. Pelat lantai bertingkat, pemakaian material-material yang mampu meredam bunyi bisa memberikan kenyamanan akustik pada bangunan. Misalnya :
• Permukaan elastic yang lembut sperti permadani, ubin gabus, karet atau vinyl dapat meredam bising benturan dari lantai.
• Lantai yang berlapis majemuk dimana ada selimut penenang (sound absorbing felt ) diantara struktur gedung (pelat lantai) dan lantai dasar serta pelapis bisa meredam bising benturan lantai. Bahannya bisa berupa bulu kempa setebal 5mm atau soft board/serat kayu setebal 18mm.
3. Dinding.
Yang perlu diperhatikan dari dinding untuk mendapatkan kenyamanan audio adalah :
• Dinding mempunyai massa yang cukup dan menyebarkan bising udara secara merata pada seluruh luasannya.
• Dinding dibangun dengan cara berlapis dan kedap udara
• Sambungan dinding terhadap tepinya dan bukaan seperti pintu dan jendela harus kedap udara dan elastis.
• Dinding dari papan nonstructural seperti multipleks, kayu, dan gipskarton akan bergetar oleh bising diudara. Karena itu kerangkanya harus disambung elastic pada dinding structural. Dan tidak boleh terkena elemen lain yang ikut bergetar seperti langit-langit gantung.
4. Atap
Bentuk dan kondisi atap mempengarui keadaan kebisingan dibawahya. Untuk meredam kebisingan dari udara seperti pesawat terbang dan hujan deras, dipilih bahan atap yang berat seperti pelat atap beton atau atap bertanaman (roof garden).
5. Jaringan utilitas seperti saluran air bersih dan limbah juga berpotensi menimbulkan kebisingan. Karena itu, pipa tersebu perlu diselimuti dengan peredam. Pengikat atau penggantung pipa-pipa tersebut juga berpengaruh, untuk menyiasati hal tersebut bisa dipakai pengikat atau penggantung berupa gelang karet.
6. Hal berikutnya yang bisa meredam kebisingan adalah membangun pagar. Bisa berupa pagar dinding batu bata, gundukan tanah atau pagar tanaman.
7. Yang terakhir adalah menagatur denah sesuai dengan kebutuhan. Misalnya ruang rawat inap rumah sakit hendaknya diletakkan dibelakang untuk mengurangi kebisingan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar