KENYAMANAN THERMAL DAN VISUAL
Kenyamanan suatu bangunan dapat dikategorikan dalam kenyamanan
suhu/penghawaan/ thermal, visual/penglihatan dan akustik/ kenyamanan
suara. Namun kenyamanan sendiri lebih bersifat subjektif, tingkat
kenyamanan setiap individu berbeda tergantung dengan kondisi fisik
(jenis kelamin, usia, bentuk tubuh, warna kulit, kesehatan, makanan
minuman serta kemampuan beradapatasi ) dan kondisi tempat tinggal/
lingkungan.
Manusia diberikan kemampuan untuk beradapatasi terhadap
keadaan alam/ lingkungan alami, namun tetap memilki keterbatasan
sehingga tetap memerlukan alat bantu berupa pakaian, dan lingkungan
binaan/ bangunan. Sehingga bentuk adaptasi manusia diberbagai tempat
berbeda-beda bergantung dengan keadaan lingkungan. Meski seperti itu,
terdapat standart kenyamanan manusia, karena kondisi fisik manusia
diberbagai belahan dunia tidak jauh berbeda. Tidak seperti hewan yang
memiliki perbedaan fisik yang amat berbeda dalam menanggapi keadaan
lingkungan sekitarnya, seperti ikan dengan sisik dan lendirnya, beruang
kutub dengan bulu-bulunya dll.
Untuk mengetahui standart kenyamanan
manusia dalam hal thermal, visual dan akustik perlu memahami terlebih
dahulu karakteristik masing-masing factor tersebut. Karakteristik
tersebut sebagai berikut :
A. Kenyamanan thermal
Manusia memilki
keterbatasan dalam menanggapi iklim dan kalor. Agar mampu mempertahankan
keadaan fisik/ kesehatan dan daya kerjanya, lingkungan buatan harus
mampu memberikan kenyamanan tertentu yang berkaitan dengan iklim dan
kalor (kenyamanan Thermal). Secara lebih terperinci kenyamanan thermal
berhubungan dengan suhu, kelembaban, pergerakan udara dan radiasi
matahari. Berdasarkan buku ilmu fisika bangunan karya Heinz Frick
penjelasannya sebagai berikut :
a. Suhu udara
suhu udara erat
kaitannya dengan kalor. Kalor sendiri adalah perpindahan tenaga panas
akibat perbedaan suhu dan dialirkan dari benda yang lebih panas menuju
benda yang lebih dingin.
Suhu udara dibedakan menjadi dua macam,
suhu udara biasa (air temperature ) dan suhu udara rata-rata (mean
radiant temperature / MRT). MRT adalah suhu rata-rata yang dikeluarkan
permukaan bidang disekitar seseorang. MRT dapat mempengaruhi panas
seseorang hingga 66%. Apabila perbedaan antara MRT dan air temperature
lebih dari 5º C maka akan sulit untuk mencapai kenyamanan thermal.
Manusia
dikatakan nyaman apabila suhu tubuhnya sekitar 37%. Bertambahnya suhu
tubuh seseorang menunjukan ia sedang sakit, perubahan suhu hingga naik
5ºC atau turun hingga 2ºC dapat menyebabkan kematian . Namun tubuh
manusia memilki kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan tubuhnya
dengan cara membuang kalor keluar dari tubuh seperti berkeringat.
Selain
itu terdapat cara lain untuk membantu manusia mempetahankan suhu
tubuhnya. Misalnya dengan pakaian yang tebal saat berada didaerah dingin
agar kalor dalam tubuh tidak banyak terbuang. Bisa juga dengan
menyiasati bangunan sedemikian rupa agar bisa membantu manusia
mempertahankan suhu tubuhnya, misalnya pemakaian ventilasi, bukaan dan
AC untuk menghsilkan sirkulasi udara yang membuat manusia tetap dingin.
b. Kelembaban udara
Kelembaban udara adalah kandungan uap
air dalam udara. Kelembaban udara yang tinggi mengganggu pelepasan kalor
/ penguapan pada permukaan kulit manusia. sehingga perlu adanya
pergerakan udara untuk membantu penguapan. Kasus seperti ini banyak
terjadi didaerah Indonesia yang beriklim tropis lembab.
Apabila
kelembaban udara terlalu rendah membuat manusia menderit efek keringnya
udara seperti selaput lender mongering, batuk rejan, radang mata dll).
Karena itu, untuk memberikan kenyamanan pada manusia di dearah dengan
kelembaban tinggi adalah memberikan sirkulasi udara yang baik.
c. Pergerakan udara (angin)
Pergerakan
udara membantu penguapan kalor pada permukaan kulit manusia. apabila
penguapan tergganggu, kalor dalam tubuh menusia tidak dapat keluar yang
membuat suhu tubuh manusia bertambah dan menjadi tidak nyaman, bahkan
bisa menyebabkan sakit hingga kematian. Pergerakan udara (angin) yang
menyapu permukaan kulit menghilangkan uap air berlebih yang menghambat
penguapan. Karena itu perlu adanya sirkulasi udara yang baik untuk
membantu penguapan.
d. Radisai matahari
Panas yang ditimbulkan
dari lingkungan diluar tubuh mempengaruhi suhu tubuh manusia.
Berdasarkan hukum kalor, tenaga panas berpindah dari benda yang lebih
panas menuju benda yang lebih dingin. Begitu pula tenaga panas dari
matahari. Radiasinya mengalir menuju tubuh manusia, untuk
menyeimbangkannya, tubuh manusia melakukan penguapan lebih dengan
berkeringat. Namun tubuh manusia memiliki keterbatasan, apabila kalor
terus menerus dikeluarkan, tubuh kita kekurangan cairan yang menyebabkan
Hipotermia yang bisa berujung pada kematian.
Karena hal diatas,
perlu adanya langah untuk menyiasatinya. Misalnya memakai penutup untuk
menghindari radisai langsung matahari. Hal ini juga berlaku untuk
bangunan sebagai tempat manusia beraktifitas.
Untuk mendapatkan
kenyamanan thermal, perlu adanya penghawaan yang bagus. Sekarang ini AC
menjadi pilihan untuk mendapatkan penghawaan yang bagus. Namun
sebenarnya AC memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan luar, karena
itu lebih bijak untuk memakai penghawaan alami.
Prinsip dasar
penghawaan alami adalah udara mengalir dari tempat bertekanan tingi
menuju tempat bertekanan rendah. Tekanan udara dapat dimanipulasi dengan
mengatur lokasi dan ukuran bukaan. Jika tekanan udara rendah, maka
bukaan jalan keluar dapat diperbesar.
Beberapa penerapan pada bangunan untuk mendapatkan penghawaan alami :
i.
Ventilasi cukup, membuat bukaan rumah seperti jendela, pintu, dan
lubang udara dengan memperhatikan ukuran dan letak. Sebaiknya jendela
berukuran besar dan mengikuti aliran udara. Sebaiknya bukaan tidak
menghadap langsung kearah matahari, lebih tepat berada disisi utara dan
selatan sehingga sirkulasi lancar.(majalah idea edisi 63/VI/2009).
ii.
Peninggian plafon hingga 3,15 m dapat membantu menurunkan suhu ruangan
maksimal 0,15 º C. (mendesain rumah tropis , Bona Yudha Prasetya).
iii.
Pemilihan material, misalnya dinding bambu membuat angin bisa melewati
celah-celah antar bambu dll. Penggunaan sunscreen juga membantu
penghawaan alami
iv. Menanam vegetasi atau membuat taman. Vegetasi
yang disusun melebar dapat berfungsi sebagai pengarah dan menurunkan
kecepatan angin dan suhu udara 1,2-1,8 ºC.
B. Kenyamanan Visual
Manusia
juga tidak akan terlepas dari yang namanya cahaya. cahaya berfungsi
untuk mengenali lingkungan dan menjamin aktifitas penghuninya.
Pencahayaan berhubungan dengan penglihatan manusia yang tentu juga
mempengaruhi kondisi psikis manusia (berhubungan dengan kuat lemahnya
cahaya). Efek pencahayaan bisa memberikan dramatisasi suasana, misalnya
menenangkan, menyejukkan, suram dll. Pencahayaan juga berpengaruh pada
kesehatan manusia, karena manusia memiliki keterbatasan dalam
penghlihatan seperti jarak pandang, gelap terang (manusia sulit melihat
dalam kegelapan) dll.
Pencahayaan erat kaitannya dengan sumber enegi
terbesar bumi , Matahari yang memancarkan cahaya dan radisai. Tidak
semua unsur yang dibawa sinar matahari berguna bagi manusia. adapun
unsur yang harus dihindari adalah infra merah. Jadi perlu ada penerapan
khusus untuk merespon sinar matahari.
Berdasarkan buku ilmu fisika
karangan Heinz Frick dkk, yang harus diperhatikan pada pencahayaan alami
( sinar matahari ) adalah :
v. Bukaan dari atas atau pada atap dan
dari samping melalui dinding. Untuk membuat bukaan ini harus
diperhatikan fungsi bangunan dan bentuk Bangunan. Pemilihan material
juga berpengaruh terhadap bukaan untuk pencahayaan alami.
vi. Perlindungan terhadap silau matahari dan langit
Intensitas
cahaya matahari pada umumnya memberikan cahaya yang belebih pada
ruangan. Kondisi yang terlalu kuat mengakibatkan silau. Sialu mengganggu
kenyamanan karena bisa melelahkan mata. Prinsip perlindungan dari
cahaya matahari adalah menyaring atau membuat bayangan. Perlindungan itu
sendiri dibagi menjadi dua, yaitu perlindungan tetap seperti membuat
kanopi, selasar atau memakai kaca berwarna berlapis yang memiliki
kemampuan menyerap atau memantulkan cahaya matahari.
Yang kedua
adalah perlindungan tidak tetap, ini adalah penyelesaian yang paling
tepat untuk disesuaikan dengan keadaan iklim atau arah matahari.
Contohya adalah jendela krepyak, kerai rusuk bergerak, atau konstruksi
lamel.
vii. Yang harus diperhatikan berikutnya adalah intesitas
cahaya yang disesuaikan dengan pembebanan pada mata oleh aktifitas
pelaku dalam bangunan. Misalnya kerja halus sekali seperti menggambar,
menjahit kain warna gelap membutuhkan intensita cahaya 300 lux, kerja
sedang seperti pekerjaan kayu dan perakitan otomotif memerlukan
intensitas 80 Lux dll.
Yang berikutnya adalah pencahayaan buatan atau
pemakaian lampu. Karena pencahayaan alami dari matahari tidak
berlangsung seterusnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemakian lampu adalah :
viii. Produksi cahayanya
ix. Pengendalian cahayanya
x. Pemanfaatan cahayanya.
Selain
dari pencahayaan, kenyamanan visual juga berhubungan dengan warna.
Perbedaan warna bisa menciptakan dramatisasi suasanu yang berbeda pula.
Misalnya untuk menciptakan suasana hangat bisa memakai warna pink,
oranye atau emas. Untuk suasana sejuk bisa memakai warna dengan tingkat
iluminasi sedang warna biru, violet.
C. Kenyamanan akustik
Factor
berikutnya yang mempengaruhi kenyamanan seseorang dalam suatu bangunan
berkaitan dengan bunyi atau kenyamanan akustik. Bunyi sendiri adalah
sensasi akibat getaran suatu benda yang menimbulkan gesekan dengan zat
disekitarnya yang diterima oleh telinga.
Kondisi lingkungan dalam
masyarakat industry kontemporer sekarang ini sangat berpengaruh dengan
kenyamanan akustik, dengan semakin padatnya lalu lintas serta pemukiman,
volume kebisinganpun meningkat, terlebih didaerah perkotaan. Hal ini
sangat mempengaruhi kenyamanan akustik.
Batasan rasa sakit pada
telinga menusia terletak pada 130dB. Pada tingkat kebisingan 180dB
manusia bisa meninggal dunia akibat kejutan. Perlu diketahui juga bahwa
hampir semua kerusakan pada pancaindra dapat diperbaiki/dioperasi
kecuali pekak labang dan tuli. Kebisingan juga mengganggu kemampuan
belajar terutama kemampuan bahasa. Karena itu perlu adanya respon khusus
terhadap kebisingan.
Penyebaran bunyi pada bangunan ditentukan oleh
elemen pembatas ruangan. Apakah memilkik karakteristik memantulkan,
menyerap atau mentransmisikan bunyi. Karakter ini menentukan kualitas
bunyi suatu ruangan.
Tekanan bunyi atau kebisingan yang mengganggu
dari luar ruangan bisa berasal dari suara motor, mobil, pesawat ,
keramaian lalu lintas dll. Sedangakn gangguan kenyamanan yang berasal
dari dalam ruangan bisa disebabkan oleh pantulan berupa gema, dengung
dll.
Penaggulangan kebisingan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1.
Penagaturan konstruksi lantai, dinding, dan langit-langit dengan
pemilihan bahan yang memadai. Misalnya menghilangkan lubang-lubang pada
atap yang bisa mentranmisikan bunyi dari luar.
2. Pelat lantai
bertingkat, pemakaian material-material yang mampu meredam bunyi bisa
memberikan kenyamanan akustik pada bangunan. Misalnya :
• Permukaan elastic yang lembut sperti permadani, ubin gabus, karet atau vinyl dapat meredam bising benturan dari lantai.
•
Lantai yang berlapis majemuk dimana ada selimut penenang (sound
absorbing felt ) diantara struktur gedung (pelat lantai) dan lantai
dasar serta pelapis bisa meredam bising benturan lantai. Bahannya bisa
berupa bulu kempa setebal 5mm atau soft board/serat kayu setebal 18mm.
3. Dinding.
Yang perlu diperhatikan dari dinding untuk mendapatkan kenyamanan audio adalah :
• Dinding mempunyai massa yang cukup dan menyebarkan bising udara secara merata pada seluruh luasannya.
• Dinding dibangun dengan cara berlapis dan kedap udara
• Sambungan dinding terhadap tepinya dan bukaan seperti pintu dan jendela harus kedap udara dan elastis.
•
Dinding dari papan nonstructural seperti multipleks, kayu, dan
gipskarton akan bergetar oleh bising diudara. Karena itu kerangkanya
harus disambung elastic pada dinding structural. Dan tidak boleh terkena
elemen lain yang ikut bergetar seperti langit-langit gantung.
4. Atap
Bentuk
dan kondisi atap mempengarui keadaan kebisingan dibawahya. Untuk
meredam kebisingan dari udara seperti pesawat terbang dan hujan deras,
dipilih bahan atap yang berat seperti pelat atap beton atau atap
bertanaman (roof garden).
5. Jaringan utilitas seperti saluran air
bersih dan limbah juga berpotensi menimbulkan kebisingan. Karena itu,
pipa tersebu perlu diselimuti dengan peredam. Pengikat atau penggantung
pipa-pipa tersebut juga berpengaruh, untuk menyiasati hal tersebut bisa
dipakai pengikat atau penggantung berupa gelang karet.
6. Hal
berikutnya yang bisa meredam kebisingan adalah membangun pagar. Bisa
berupa pagar dinding batu bata, gundukan tanah atau pagar tanaman.
7.
Yang terakhir adalah menagatur denah sesuai dengan kebutuhan. Misalnya
ruang rawat inap rumah sakit hendaknya diletakkan dibelakang untuk
mengurangi kebisingan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar